Perang. Siapa yang suka perang?
Normalnya manusia tidak suka. Apalagi kaum ibu. Tapi ada saja pihak-pihak yang
dengan sengaja mengobarkan perang karena maksud-maksud menguasai pihak-pihak
yang ingin dikuasai. Dewasa ini perang tidak hanya menggunakan senjata fisik
seperti bedil dan tombak. Dewasa ini perangnya bahkan lebih berbahaya karena
yang mengobarkan perang justru menyembunyikan aktifitasnya dengan berbagai bungkus
sehingga musuh yang diperangi tidak sadar sedang diperangi. Tujuannya tetap
sama, yaitu mengalahkan dan menguasai musuh, hanya caranya yang berubah
drastis.
Perang yang kita bicarakan ini
adalah yang sangat konsepsional, sangat luas bidangnya, sangat lihai dalam
memilih cara sehingga tidak disadari musuh, sangat jauh dampaknya kepada jiwa
lawan dan sangat lama masa berlangsungnya. Ghazwul Fikri. Secara
bahasa artinya perang pemikiran. Ada yang mengistilahkan dengan perang urat
syaraf.
Perang ini baru muncul sekitar awal
abad duapuluh dan merupakan upaya musuh-musuh untuk menjatuhkan kekuatan Islam
secara tuntas. Ghazwul fikri dilaksanakan dengan cara melakukan dua tipudaya
dasar yang disusupkan dalam fikrah (pemikiran) ummat Islam. Tiga tipudaya
tersebut adalah takhwif (usaha untuk menimbulkan rasa takut
kepada selain Allah), dan tadl-lil (usaha pengkaburan berbagai
konsepsi dalam fikrah Islami). Adapun bentuk-bentuk upayanya dapat sangat
beragam, antara lain:
- dengan berbagai opini sesat di
media dan di tengah masyarakat muslim
- melalui film, sandiwara,
pertunjukan seni, maupun lirik-lirik lagu yang dikemas indah
- melalui berbagai bentuk fiksi baik
fiksi murni, fiksi ilmiah, cerita komik, cerita drama sampai cerita anak
- melalui berbagai sandiwara politik
dan peristiwa seperti sandiwara Holocaust dimasa Perang Dunia II dan lain-lain
- melalui berbagai acara ilmiah yang
mempertontonkan berbagai kecanggihan militer dan intelijen mereka
- melalui penyebaran berbagai adat
kebiasaan non-Islam yang dipromosikan dan dikemas dengan berbagai keindahan dan
kemeriahan
Mungkin masih banyak lagi cara-cara
dan media perang mereka yang kita belum tahu, namun intinya tetap sama. Ini
perang sungguhan dan ini perang yang curang.
Kecurangan yang paling nyata adalah
dalam cara mereka bersembunyi ketika menyerang. Berbagai film-film menarik yang
bahkan dinobatkan (oleh mereka sendiri) sebagai film-film terbaik, ternyata di
dalam film itu ada berbagai propaganda anti Islam yang menusuk.
Promosi berbagai perayaan adat
jahiliyah yang dikemas sedemikian rupa sebagai “warisan pelecehan terhadap
nilai-nilai tinggi Islam. Misalnya di Mesir, digencarkan promosi kebudayaan
Mesir kuno zaman Fir’aun, lengkap dengan segala atributnya dan berbagai upacara
penyembahan berhala, itu semua bertujuan tersembunyi agar masyarakat Mesir yang
kini Muslim mulai meninggalkan nilai-nilai Islam dan kembali bangga dengan
nilai-nilai zaman Fir’aun.
Cobalah simak program-program sebuah
channel tv khusus tentang berbagai kebudayaan dari tv berlangganan. Bahkan
cd-cdnya dijual di toko cd.
Lalu untuk apa rubrik ini membicarakannya? Agaknya tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa justru perang itu (Ghazwul Fikri) sangat tidak disadari di
negeri ini. Para penjaga Benteng Terakhir negeri ini (baca: kaum ibu) apakah
sadar bahwa setiap hari mereka dicekoki racun-racun Ghazwul Fikri lewat kotak
kaca yang menjadi hiburan wajib setiap rumahtangga? Apakah para Penjaga Benteng
Terakhir masih saja rela membelikan racun telinga dan jiwa bagi putra-putri
mereka yang berbentuk berbagai format lagu, yang seolah wajib kini selalu hadir
menghiasi pendengaran putra-putri kita dua-puluh-empat jam? 24 jam? Ya! Tidak
jarang putra-putri kita belajar sampai tertidur tetap memasang alat mantra
tersebut ke kuping mereka!
Mantra! Memang seperti mantra, boleh jadi lagu yang dipasang
langsung ke telinga dapat mempengaruhi jiwa anak kita lewat kata-kata yang
terdengar maupun tidak terdengar dari lagu tersebut. Efeknya bisa sampai
seperti mantra. Seperti orang terhipnotis. Masih ingat fenomena Kurt Cobain
musisi metal dari ujung Utara bumi yang membuat lagu tentang bunuh diri dan
kemudian melaksanakannya? Kemudian jejak langkahnya diikuti oleh beberapa orang
penggemarnya. Tersihir!
Tahukah para Penjaga Benteng
Terakhir bahwa brainwashing atau cuci otak dapat terjadi dengan
cara seseorang terus menerus mendengarkan kata-kata yang sama berulang-ulang,
yang apalagi jika dikemas dengan nada-nada musik dan dentingan alat musik akan
semakin memperkuat efeknya karena akan masuk ke bagian otak yang tanpa nalar?
Jika seseorang sudah gandrung dengan suatu lagu, niscaya dia akan
mendengarkannya berulang-ulang dan tak jarang mendengarkannya sambil sangat
relaks yang berarti masuk ke tingkat kesadaran yang bisa dengan mudah disurupi
jin?
Tanyakan pada para ahli ruqyah
syar’iyyah (para terapis yang mempunyai ketrampilan mengobati orang kesurupan).
Apakah para ibu muslimah dan para remaja penikmat lagu selalu mengerti apa yang
dinyanyikan dalam lirik lagu kegemaran mereka? Banyak sekali yang mengaku tidak
memperhatikan makna lagu, yang penting enak mengelus gendang telinga, meskipun
kadang sebenarnya mudah saja mempelajari lirik lagu tersebut, tapi jarang yang
secara serius mencoba mencari apa makna sebenarnya. Paling jauh sebagian besar
penikmat lagu hanya mengingat arti dari bagian-bagian tertentu dari lagu
tersebut, terutama kalau dianggap cocok. Misalnya refrain yang meneriakkan
kata-kata pujian cinta atau patah hati.
Di era menjelang tahun 80-an, era
kami-kami yang kepala empat masih remaja, ada lagu dari sebuah grup musik Queen
yang berjudul Bohemian Raphsody. Lagu yang diteriakkan oleh
Freddy Mercury yang minta disuntik mati karena AIDS tersebut, seluruh isinya
adalah pelecehan terhadap nilai-nilai Islam, bahkan sampai penolakan atas
takdir (“ sometimes ‘ wished I’ve never been born before”). Lagu ini dulu
termasuk Hit, bahkan bertahan masih digemari hingga kini.
Masih ingat lagu berbahasa spanyol
yang sempat ketahuan ternyata berbicara tentang iblis? Grup musik Last
Ketchup yang melantunkan lagu tersebut bahkan mengakui tak faham isi
lagunya karena berbahasa kuno. Itu mantra setan!
Masih-kah para Penjaga Benteng
Terakhir merasa masa kini sudah tak ada lagi perang dan karenanya boleh
bersantai dalam menjaga bentengnya? Masihkah kita menyangka bahwa zaman sudah
berubah dan kini musuh-musuh Islam sudah beristirahat dari memerangi kita?
Lihatlah ke sekeliling, dan lihatlah dengan teliti. Wallahua’lam.
Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah